Kamis, 10 September 2009

GASTROENTERITIS

GASTROENTERITIS
(DIARE)

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)
Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988).

B. Etiologi
Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)
1. Infeksi
a. Infeksi enteral :
 Bakteri : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela
 Virus : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus
 Parasit : cacing, protozoa, jamur
b. Infeksi parenteral 
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)
2. Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)
b. Malabsorbsi protein
c. Malabsorbsi lemak
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis

C. Patofisiologi 

Faktor penyebab :
- Infeksi enteral
* Bakteri
* Virus
* Parasit
- Infeksi parenteral Faktor penyebab :
- Faktor malabsorbsi
- Faktor makanan
- Faktor psikologis
Fecal-oral

GI Tract

 

Gangguan Villi Usus


OSMOTIK
- Over - feeding
- Malabsorbsi KH bahan makanan yang tak berserat SEKRESI
- Infeksi in-teropatogen
- Interotropik hormon secreting faktor OVERGROWTH BACTERI





Usus halus terkontaminasi ABSORBSI ABNORMAL





Ion aktif klorida abnormal KERUSAKAN MUKOSA





Inflamatory Bowel DEsease MOTILITAS INTESTINAL ABNORMAL


- Hipomotility
- Hipermotili -ty
- Short bowel syndrom







DIARE


DEHIDRASI

Tonisistas plasma
- Hipotoni
- Isotoni
- HIpertoni


- BJ Urine
- Mata cowong
- Kulit kering/ tidak elastis 


Derajat
- Ringan
- Sedang
- Berat
 HIPO-GLIKEMIA


Persediaan glikogen menurun


Kadar glukosa Menurun
- < 40 mg % (bayi)
- < 50 mg% (anak)
- <100mg%
(Dewasa) GANGGUAN GIZI




Intake menurun



Kelemahan,
Aktivitas menurun GANGGUAN
SIRKULASI

Tekanan koloid osmotik
Volume plasma

Imballance air dan elektrolit

Syok hipovolumia
- Kerusakan sel
- perfusi ja-ringan menurun GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAMA BASA



METABOLIC ASIDOSIS
- Kehilangan Na-bic bersama faeces
- Ketosis kelaparan
- Produksi metabolis-me berisfat asam
- Perpindahan ion Na dari ekstra sel ke intra sel



E. Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)
1. Kehilangan berat badan
a. 2,5 % tidak ada dehidrasi
b. 2,5-5% Dehidrasi ringan
c. 5-10 % dehidrasi sedang
d. > 10% dehidrasi berat


2. Skor Maurice King

Bagian Tubuh N I L A I
Yang Diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum

Turgor
Mata
UUB
Mulut
Denyut Nadi Sehat

Normal
Nomral
Normal
Normal
Kuat
< 120 Gelisah cengeng, apatis, ngantuk
Sedikit, kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang
(120-140) Mengigau, koma/syok

Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering, sianosis
Lemah
> 140


KETERANGAN :
 Skor : 
- 0-2 dehidrasi ringan
- 3-6 dehidrasi sedang
- 7-12 Dehidrasi berat
 Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup
 Untu k kekenyalan kulit :
- 1 detik : dehidrasi ringan
- 1-2 detik : dehidrasi sedang
- > 2 detik : dehidrasi berat









II. PENGKAJIAN
A. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang) ( Lab. FKUI, 1988).

B. Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984)

C. Riwayat Penyakit Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984)

D. Riwayat Penyakit sebelumnya
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984)

E. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal
1. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
2. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
3. Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)

G. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma penyebab diare.
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.








4. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).


H. Pola Fungsi kesehatan
1. Pola Nutrisi 
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <> 1tahun dengan Berat badan <> 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan cair.
2. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
3. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
4. Pola aktivitas 
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

I. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995).
1. Sistem Neurologi, 
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma. 
Palpasi, adakah parese, anestesia, 
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis. 

2. Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang, 
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata, tekanan bola mata dapat menurun, 

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.

3. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).








4. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. 
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.  
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.

5. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-). 
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.

6. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.

7. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor, pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

8. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (Lab IKA FKUI, 1988)
a. Faeces lengkap
 Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli)
 PH dan kadar gula
 Biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan Asam Basa
Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
c. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
Untuk mengetahui faali ginjal








d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
e. Pemeriksaan intubasi duedenum
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA, 1984)
1. Rehidrasi
a. Jenis cairan
- cara rehidrasi oral :
• Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.
• Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin
- cairan parenteral : 
• usia 0-2 hari dengan BB <> 2500 (aterm) D10%.
• Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS
• Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS
• Usia > 3 tahun D51/2NS
• HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.
b. Jalan pemberian
- Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)
- Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran menurun).
- IV line bila dehidrasi berat
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :
- Defisit (derajat dehidrasi)
- Kehilangan sesaat (concurent loss)
- Rumatan (maintenance)
d. Jadual/kecepatan
Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance.

2. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
- Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg
- Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr
b. Obat antispasmotilitik
Papaverin, opium. loperamid
c. Antibiotik
- Penyebab jelas
- Ada penyakit penyerta

3. Dietetik
a. Anak <> 1 tahun denga BB < 7 kg
- Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah
- Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat
b. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
Makanan padat/ maknan cair/susu
c. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat diberikan elemental/semi elemental formula.










4. Supportif 
a. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun
b. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun
c. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun
d. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun
e. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun
f. Vitamin B kompleks, vit C

Rencana Asuhan Keperawatan
I. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal.
Kriteria :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, keluaran urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
 Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
 BGA dalam batas normal

Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.
3. Timbang BB setiap hari.
R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :
a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret.
R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
b. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta).
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
5. Kolaborasi :
a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.


II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
 Nafsu makan baik
 BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
 Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)
R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.





2. Timbang BB setiap hari
R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan.
R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.
5. Kolaborasi :
a. Dietetik 
- anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi laktose.
- Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

b. Rehidrasi parenteral (IV line)
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
c. Supporatif (pemberian vitamin A)
R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.

I. Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi
Kriteria :
 Integritas kulit utuh
 Iritasi tidak terjadi
 Kulittidak hiperemia,atau iscemia
 Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih
 Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur .
R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan kesehatan.

2. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya.
R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan.

3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.
R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion.
R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.














5. Atur posisi klien selang 2-3 jam.
R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi.













DAFTAR PUSTAKA


Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

-------, (1994), Pedoman Diagnosis


====================================== 
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 2 Nopember 2005. Jam masuk : 11.25 WIT
Ruang : Mutiara No. Reg Med : 477888
Pengkajian : 2 Nopember 2005.

A. Identitas
Nama Pasien : By. R Nama P.Jawab: Tn. S
Umur : 7. Bln Hubungan : Orang Tua
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 35 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Banjar  
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : - Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : - Pekerjaan :Dagang
Alamat : Jln.Pangeran Antasari

B. Riwayat 
1.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit dengan diantar keluarga setelah sebelumnya mengalami muntah dan mencret Sejak tadi malam dengan jumlah Muntah 10 Kali dan mencret dengan frekuensi 2– 5 kali Sejak tadi malam Feses tidak disertai lendir/darah. Demam terjadi sejak Sore hari tanggal 1 Nopember 2005 sebelum masuk ke Rumah Sakit. Klien sudah dibawa ke Dokter Prakter dan disarankan mondok di RS Daman Huri Barabai.

1.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Kilen tidak pernah menggalami kejang sebelumnya, klien tidak pernah mengalami batuk pilek akhir-akhir ini. Pernah batuk pilek usia 3 bulan .

1.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit jantung, penyakit pernafasan kronis atau mengalami diare seperti klien saat ini

1.4 Riwayat Tumbuh Kembang
Klien telah bisa tengkurap usia 4 bulan, sebelum menderita diare ini klein sudah bisa merangkak  

1.5 Pengkajian Sistem
1. Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, turgor intaks (elastis), suhu tubuh 38,8OC, BB 7,3 kg (BB  
  sebelumnya tidak diketahui), kemerahan pada kulit bokong, popok basah

2. Sistem Pulmonal
Subyektif : Ibu mengatakan anak tidak pernah sesak nafas atau badan kebiruan
Obyektif : Pernafasan cuping hidung (-), RR 24 X/menit, pola nafas eupnea, sputum
  banyak keluar dari mulut, penggunaan otot bantu pernafasan (-), suara 
  paru vesikuler daerah basal dan medial, Ronchii/weezing/friction rub 
  tidak terdengar.

3. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : Ibu mengatakan anak tidak pernah mengalami sesak nafas atau badan kebiruan
Obyektif : Denyut nadi 124 X/menit, TD tidak terkaji, Ictus tidak menonjol posisi mid sternum, Suara jantung S1S2 tanda ada murmur atau galop; 

4. Sistem Neurosensori
Subyektif : Ibu mengatakan anak tidak pernah kejang atau mengalami kelemahan pada tangan atau kaki.
Obyektif : GCS menurun (V 2 M 1 E 2), refleks pupil positif isokhor, reflek iris positif, Babinski 1 (-) Babinski 2 (-) refleks patella dalam batas normal, refleks palmar (+) 






a. Penglihatan 
Konjungtiva ananemis, sclera anicteric, hifema (-), kornea jernih, refleks iris positif simetris. Mata cowong (-)
b. Pendengaran
Tulang mastoid tidak meradang, nyeri pergerakan pinna (-)

5. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : -
Obyektif : tonus otot menurun, Kekuatan otot 4/4/4/4
  Lesi dan deformitas tidak ditemukan. Anak dapat berdiri dan berjalan sendiri serta memegang topi dengan baik

6. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : b.a.k 3-4 kali sehari, Jumlah urine banyak, warna kuning muda volume tidak diketahui  

7. Sistem digestif
Subyektif : Anak Tampak ke sakitan saat perut t ditekan, anak Kelihatan haus, Ibu mengatakan Sudah b.a.b 2-5 kali sejak tadi malam , konsistensi feses cair, mengandung ampas, darah (-) lendir (-) bau menusuk (-), Ibu mengatakan ia tidak tahu penyebab sakit, anak tidak alergi makanan, dan makanan yang diberikan sebelum sakit seperti biasanya.Saat ini anak tidak makan dan nafsu makan anak turun
Obyektif : Mulut kering, pharing tidak hiperemis, Perut supel simetris, nyeri tekan area umbilical dan hipogastrium kanan, massa/tumor tidak ditemukan, ascites tidak ditemukan, bising usus meningkat relatif, metallic sound (-) meteorismus (-)

Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal 2 Nopember 2005.
a. Darah lengkap
Hb : 
Leukosit : 
Trombosit : 
Urine lengkap :
Albumin : -
Reduksi : -
Bilirubin : -
Urobilirubin : -
Sedimen :
 erytrosit : -
 leukosit : 
 epitel : 
 Kristal : -
 Silinder : -
b. Faeces lengkap
Makroskopis : 
Mikroskopis :
 Amoeba : -
 Leukosit : 
 erytrosit : 
 Cyste : 
 Telur : -

 
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Ibu mengatakan anak mencret
  2-5 sejak Malam, lendir (-) 
  darah (-)
DO : - Kulit pucat, Mulut kering
  - BB 7,3 kg (BB sebelumnya
  tidak diketahui)
  - Bising usus meningkat
  - Nyeri tekan daerah 
  umbilikal kanan Berbagai faktor penyebab

Diare

Keluaran cairan & elektrolit >>

Penurunan cairan intravaskular

Penurunan cairan interstitiel

Penuruanan volume cairan tubuh Cairan dan Elektrolit
DS : Ibu mengatakan anak mencret 
  2-5 sejak Malam, lendir (-) 
  darah (-)Ibu mengatakan nafsu
  anak turun, hari ini tidak makan
DO : - Kulit pucat
  - BB 7,3 kg (BB sebelumnya
  tidak diketahui)
  - Bising usus meningkat Diare

Intake zat nutrisi <<

Pemecahan cadangan zat makanan tubuh

Kelemahan

Penurunan BB Nutrisi

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare. 
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare

RENCANA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal setelah 3 hari perawatan
Kriteria :
 Tanda-tanda vital dalam (Nadi <120 X/mnt, RR < 32 X/mnt, S < 37,4OC)
 Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
 Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
 BGA dalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.
3. Timbang BB setiap hari
.R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :

 Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret.
R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
 Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta).
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.







5. Kolaborasi :
 Pemeriksaan serum elektrolit(Na, K dan Ca serta BUN)
R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
 Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah 3 hari perawatan
Kriteria :
 Nafsu makan baik
 BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
 Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)
R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2. Timbang BB setiap hari
R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan.
R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.

5. Kolaborasi :
6. Dietetik 
Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.
7. Rehidrasi parenteral (IV line)
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebagai pengganti cairan yang telah hilang.

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Tanggal 2 Nopember 2005.
Diagnosa I
Jam IMPLEMENTASI RESPON EVALUASI

14.00

15.00


15.30

16.30


17.00



17.30 
- Melakukan pengukuran tanda
  vital
- Mengkaji Pola muntah dan
  diare saat ini

- Monitor pemasukan Infus

-Menganjurkan ibu untuk memberi anak banyak minum

-Menganjurkan ibu untuk menampung air kencing anaknya untuk memantau kebutuhan cairan dan untuk pemeriksaan
-Mengukur tanda vital 
TD : - RR : 28 X/mnt
S : 38,5 Nadi : 120 X/mn
Input : 100 cc
Infus terpasang 
Ibu mengatakan anaknya akan diberi banyak minum, dengan air aqua
Ibu kilen mengatakan akan menampung kencing anaknya

TD : - RR : 28 X/mnt
S : 38,5 Nadi : 108 X/mn
 
S : Anak tidak menangis
  Ibu mengatakan akan
  menampung kencing
  Ibu mengatakan 
  anaknya akan diberi
  banyak minum
O :TD : -  
  RR : 28 X/mnt
  S : 38,5 
  Nadi : 108 X/mn
A : Masalah belum
  teratasi
P : lanjutkan tindakan





Diagnosa II

Jam IMPLEMENTASI RESPON EVALUASI

15.00






16.30




17.00 
- Mengkaji lebih dalam
  kebutuhan nutrisi dan jenis 
  makanan sehari-hari




- Menganjurkan ibu untuk 
  memberikan makanan pada 
  anak sedikit tapi sering


- Menjelaskan pantangan 
  makanan yang  
Ibu mengatakan anaknya makan seperti orang tua dan sudah dua hari tidak mau makan. Kemarin anak makan satu kali sebanyak ¼ porsi biasanya
 Ibu mengatakan akan meccoba memberi makan lebh banyak, ibu menanyakan jenis pantangan makanan
-

 
S : Anak tidak menangis
  Ibu mengatakan akan 
  memberi makan 
  anaknya sedikit-sedikit
  sering, mengatakan 
  anaknya akan diberi
  banyak minum
O :Anak terlihat lemah
  dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan tindakan





==========================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar