KONSEP DASAR
ANEMIA DEFISIENSI BESI (Fe 3)
DEFINISI
Anemia defisiensi zat besi adalah kekurangan sel darah merah karena kerusakan produksi sel darah merah yang diakibatkan dari penurunan jumlah zat besi yang disimpan di dalam tubuh yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Anemia defisiensi besi terjadi akibat besi dalam makanan kurang, gangguan absorbsi, perdarahan kronik dan kebutuhan yang meningkat. Pada anak-anak defisiensi besi umumnya terjadi karena besi di dalam susu dan makanan kurang. Di mana susu merupakan makanan yang miskin besi sehingga anak yang lama minum susu sering menderita kurang besi.
Gangguan absorbsi besi jarang ditemukan kecuali sesudah operasi saluran cerna. Pada sindrom malabsorbsi anemia defisiensi besi mudah terjadi. Pada orang dewasa lelaki dan wanita yang sudah menopause defisiensi besi terutama karena perdarahan dari saluran cerna. Perdarahan ini umumnya karena ulkus peptikum, gastritis, hiatus hernia, hemoroid dan keganasan. Perdarahan kronik dari varises esofagus atau lambung dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Perdarahan kronik lainnya yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi adalah artritis (mungkin karena salisilat atau kortikosteroid), kolitis ulseratif, dan enteritis regional. Perdarahan hemoroid juga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Parasit dalam usus terutama cacing tambang merupakan penyebab utama perdarahan saluran cerna di banyak tempat di dunia.
Pada saluran nafas, hemoptasis yang berulang yang disebabkan anomali kongenital saluran nafas, infeksi kronik, maupun keganasan, anemia defisiensi besi dapat terjadi. Hemosiderosis paru-paru yang idiopatik dan hemoglobinuria nokturnal paroksimal (PNH) juga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Gejala klinis anemia defisiensi besi terjadi karena penyakit dasar misalnya lesi yang menyebabkan perdarahan, anemia sendiri, gangguan fungsi sel akibat aktivitas enzim berkurang.
GEJALA KLINIS
Gejala anemia pada umumnya cepat cape, jantung berdebar, susah konsentrasi, mata berkunang-kunang, letih, sakit kepala, lesu. Semua gejala ini dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi.
Lemah, cepat tersinggung dan sakit kepala merupakan keluhan umum pada wanita dengan anemia defisiensi besi. Sakit kepala, parestesia, dan perasaan terbakar pada lidah merupakan gejala anemia defisiensi besi yang bukan disebabkan oleh anemia tetapi lebih mungkin karena defisiensi besi dalam jaringan.
Manifestasi yang paling menonjol pada anemia defisiensi besi adalah pucat, glossitis (lidah licin dan merah), stomatitis dan keilitis angular.
Gejala yang khas pada anemia defisiensi besi adalah gejala Plummer-vinson yaitu sukar menelan (disfagia).
GAMBARAN LABORATORIUM
Ada empat golongan dalam menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi:
1. Morfologi sel darah merah.
Pada pemeriksaan darah tepi akan ditemukan morfologi sel darah merah hipokrom dan mikrositer. Biasanya ini sudah dimulai ditemukan bila Hb kurang dari 9 gr %.
2. Jumlah besi di dalam serum dan daya ikat besi.
Besi dalam serum turun, sedangkan daya ikatnya akan meningkat. Pada penyakit menahun, infeksi atau keganasan daya ikat besi normal atau bahkan menurun. Untuk ini perlu dilihat kejenuhan transferin (transferin saturation) yaitu kadar besi dalam serum dibagi jumlah total daya ikat besi dikalikan dengan 100%, normal 30-40%. Umumnya kejenuhan transferin pada anemia defisiensi besi kurang dari 15% sedangkan pada gangguan metabolisme kurang dari 30% dan di atas 15%, tetapi pada anemia pada anemia karena gangguan metabolisme besi kadang-kadang ditemukan kejenuhan transferin kurangdari 15% tetapi di atas 10%.
3. Hemosiderin dalam serum.
Nilai normal di dalam sumsum tulang antara 11-25 lapangan minyak emersi (laporan/lme, menandakan defisiensi besi.
4. Feritin dalam serum
Konsentrasi feritin di dalam serum biasanya dihubungkan dengan jumlah keseluruhan besi yang tersimpan di dalam tubuh. Konsentrasi besi di dalam serum kurang dari 10 ug/1 merupakan anemia defisiensi besi. Sedangkan bila antara 10-20 ug/1 dianggap baru tersangka anemia defisiensi besi.
PENGOBATAN
Jika diagnosa telah ditegakkan, maka pengobatan harus dilakukan sambil mencari dan menghilangkan penyebabnya.
Besi yang diberikan terdapat dalam beberapa bentuk seperti garam besi melalui oral, atau besi dalam kompleks karbohidrat untuk parenteral, maupun transfusi, dengan keuntungan dan kerugian masing-masing pemberian.
Besi melalui oral harus memenuhi standar, bahwa setiap besi mengandung 50-100 mg besi elemental yang mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorbsi dalam bentuk Ferro. Ada empat bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral yaitu sulfat, glukonat, fumarat dan suksinat.
Efek samping biasanya pirosis dan konstipasi. Mengatasinya atau mengurangi efek samping ini dapat dilakukan dengan cara pemberian obat secara bertahap dimulai dari dosis yang paling rendah dan dinaikkan secara bertahap.
Indikasi pemberian melalui parenteral adalah malabsorbsi, kurang toleransi melalui oral, besi yang dibutuhkan melebihi yang dapat diberikan melalui oral, pasien kurang kooperatif, dan kenaikan Hg diharapkan dalam waktu yang singkat. Jumlah besi yang dibutuhkan untuk pengobatan dapat dihitung dengan rumus jumlah besi (mg) yang dibutuhkan = (Hb N – Hbs) X BB X 2,2.
Efek samping pada pemberian intramuscular biasanya sakit pada tempat suntikan, sedangkan pemberian intravena, renjatan atau tromboflebitis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI (Fe 3)
PENGKAJIAN FISIK
1. Aktivitas /istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas; penurunan semangat kerja.
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : Takikardi/ takipnea: dispnea pada saat kerja atau istirahat.
Latargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misal: perdarahan GI kronis, menstruasi barat, agina.
Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardi kompensasi).
Tanda : TD: Peningkatan siastole dengan diastole stabil dan tekanan nadi Melebar:hipotensi postural.
Disritmia.
Bunyi jantung: mur-mur siastolik.
Ekstremitas (warna): Pucatpd kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir, dan dasar kuku).
Skelera: biru atau putih seperti mutiara.
Rambut: kering, mudah putus, menipis: tumbuh uban secara prematur.
3. Integritas Ego
Gejala : Keyakinan agama, budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal: penolakan trasfusi darah.
Tanda : Depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsopsi.
Hematemesis, feses dengan darah segar, melana.
Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : Distensi abdomen.
5. Makanan/Cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani redah/ masukan produk sereal tinggi.
Nyeri mulut dan lidah, kesulitan menalan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dispepsia, anoreksia.
Penurunan berat badan.
Tanda : Membran mukosa kering, pucat.
Turgor kulit: buruk.
Stomatitis.
6. Hygiene
Gejala : penampilan tidak rapi, kurang bertenaga.
7. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo.
Insomnia.
Kelemahan, keseimbangan buruk.
Sensasi menjadi dingin.
Tanda : Peka terhadap rangsang, gelisah, depresi, apatis.
Gangguan koordinasi, paralisis.
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar, sakit kepala.
9. Pernafasan
Gejala : Riwaya TB, abses paru
Napas pendek pada waktu istirahat dan beraktivitas.
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea.
10. Keamanan
Gejala : Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker.
Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan.
Penyembuhan yang buruk.
Tanda : demam, berkeringat malam.
Ptechie dan ekimosis (apastik).
11. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk anemia.
Penggunaan alkohol kronis.
Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan
12. Pertimbangan rencana pemulangan
DRG menunjukkan rerata lamanya di rawat 4 – 6 hari.
Dapat memerlukan dalam pengobatan: aktivitas perawatan diri, perubahan rencana diet.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah lengkap.
Besi serum.
Masa perdarahan: memanjang.
LDH: mungkin meningkat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ANEMIA DEFISIENSI BESI (Fe 3)
DIAGNOSA: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan ketidakmampuan/lambatnya mencerna makanan/absopsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM.
a) Berikan makanan 6 porsi kecil jika mudah lelah.
b) Berikan makanan kesukaan klien dan sesuai dengan kondisi mukosa mulut; pastikan bahwa klien menerima semua zat gizi yang diperlukan
c) Sajikan makanan secara menarik; singkirkan dengan segera makanan yang tidak dimakan dan tidak diinginkan.
d) Bantu klien saat makan untuk menghemat tenaga klien.
e) Mintalah keluarga berkunjung saat akan untuk menemani dan membantu bila diperlukan.
f) Berikan terapi zat besi sesuai pesanan.
g) Hindari konstipasi: tingkatkan cairan dan makanan berserat.
h) Timbang berat badan setiap hari dengan waktu, pakaian dan timbangan yang sama.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Berat badan meningkat sampai atas normal: diet dan cairan seimbang dapat dipertahankan.
DIAGNOSA: potensial terhadap cidera yang berhubungan dengan hipoksia yang ditandai dengan vertigo, kebas atau pusing.
a) Berikan lingkungan yang aman.
b) Instruksikan pada klien untuk duduk di sisi tempat tidur dan berdiri sebelum berjalan untuk mengetahui apakah ada pusing.
c) Arahkan klien untuk meminta bantuan saat ambulasi bila diperlukan.
d) Bantu hygiene dan perawatan lainnya untuk mencegah cedera.
e) Hindari cairan yang panas saat makan atau mandi.
f) Ajarkan klien tentang faktor-faktor resiko dan tindakan pencegahannya untuk menghindari cedera.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien secara verbal mengungkapkan tindakan untuk mencegah cedera dan menunjukkan tidak cidera.
DIAGNOSA: gangguan proses berpikir yang berhubungan dengan hipoksia yang ditandai oleh penurunan konsentrasi dan peka rangsang.
a) Evaluasi fungi kognitif setiap 8 jam.
b) Rencanakan perawatan dengan klien untuk meningkatkan konsistensi dan perasaan tenang.
c) Anjurkan mengungkapkan masalah tentang kemampuan untuk berkonsentrasi; pastikan klien bahwa hal ini akan ditingkatkan dengan terapi.
d) Beritahu klien setiap langkah aktivitas dan instruksi; jangan berlebihan, instruksikan variasi pada satu waktu.
e) Hindarkan melengkapi kalimat untuk klien; dengarkan secara sabar.
f) Berikan aktivitas yang berbeda sesuai dengan kemampuan klien untuk berkonsentrasi, misal: musik kesukaan, dan lain-lain.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien menunjukkan peningkatan konsentrasi saat melakukan AKS dan aktivitas terjadwal lainnya; tanda-tanda peka rangsang tidak ada.
DIAGNOSA: Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan.
a) Pantai tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
b) Kaji respons terhadap aktivitas.
c) Rencanakan dengan klien sehingga aktivitas yang diinginkan dapat dilakukan tanpa kelelahan.
d) Bantu AKS, jika diperlukan, untuk menghemat tenaga.
e) Sediakan waktu istirahat tanpa gangguan untuk memelihara tenaga yang ada.
f) Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap sampai tingkat toleransi tercapai.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
- Tingkat aktivitas klien mengalami kemajuan sampai keadaan sebelum sakit.
- Melakukan AKS tanpa takikardi atau dispnea.
DIAGNOSA: Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang mendapat informasi akurat tentang proses, pengobatan dan aktivitas yang diperbolehkan.
a) Diskusikan nama obat-obatan, dosis, waktu pemberian, tujuan, efek samping untuk dilaporkan (mual, muntah, diare atau konstipasi).
b) Jelaskan perlunya melanjutkan terapi zat besi meskipun sudah merasa baik.
c) Jelaskan alasan untuk tidak minum obat zat besi dicampur dengan susu atau Antasida.
d) Mendemonstrasikan metode pemberian zat besi secara parenteral.
e) Jelaskan pentingnya mempertahankan diet tinggi zat besi dan cairan seimbang.
f) Jelaskan pentingnya pemantauan berat badan setiap minggu.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien dan/ atau orang terdekat mengungkapkan secara verbal instruksi perawatan di rumah dan mendemonstrasikan pemberian obat secara parenteral bila memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2000. Handbook of Pathophysiology. Lippincott-Raven Publishers. Philadelphia, U.S.A
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II. Jakarta: Penerbit Balai FKUI
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kamis, 10 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar