Kamis, 10 September 2009

Hernia Inguinalis

KONSEP DASAR
Hernia Inguinalis

A. Pengertian
Adalah suatu tonjolan dari organ atau sebagian organ intra abdominal keluar kavum abdomen melalui lokus minoris (facial defect) dinding abdomen dan masih diliputi peritonium.

B. Penyebab 
1. Kongenital
- Terjadi kegagalan dalam hal penutupan prosesus vaginalis (pintu/liang yang menonjol menuju vagina)
- Terjadi sejak bayi lahir, seperti: hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia bochdalek.
2. Didapat/akuisita
Terjadinya hernia setelah dewasa/manula, hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya: pada batuk kronis, gangguan proses kencing (prostat hipertropi, strictura uretra) konstipasi kronis, asites, dan trauma kecelakaan.
3. Faktor predisposisi
Terjadi karena peningkatan intra kranial, misal pada saat mengangkat benda berat, meniup terompet atau terlalu kuat mengedan.

C. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan kedelapan dari kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritonium ke daerah scrotum sehingga terjadi peritonium yang tersebut dengan prosesus vaginalis peritoneal. Bila bayi lahir, umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup karena kanalis testis kiri lebih dulu turun dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka kanalis yang kanan juga masih terbuka. Dalam keadaan yang normal kanalis akan menutup pada usia 2 bulan
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel, bila kanalis terbuka terus karena prosesus tidak mengalami berobliterasi, maka timbulah hernia inguinalisa lateralis kongenital, pada orang tua kanalis tersebut telah tertutup namun karena merupakan lokus minoris resistensi maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meninggi, kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis.






D. Klasifikasi

1. Menurut tempat lokasinya
a. Hernia scrotalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia inguinalis
e. Hernia insisional
f. Hernia fragmentika
g. Hernia Epigastrika

 2. Menurut gejala
- Hernia Refonibilis
Penonjolan yang terjadi dan benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali secara manual.
- Hernia irreponibilis
Penonjolan yang terjadi dan tonjolan tersebut tidak dapat dikembalikan secara manual disertai nyeri tekan.
- Hernia inkaserata
Terjadi tonjolan yang tidak bisa kembali serta terjadi gangguan pasase usus dan nyeri hebat.
- Hernia strangulata
Nyeri hebat, pembuluh darah terjepit, gangguan vaskularisasi karena masih ada sisa makanan diusus yang terdapat penonjolan tersebut maka akan terjadi eksudat cairan 
- Hernia richter
Hernia responibilis yang turun naik

E. Tanda dan gejala
 Nyeri
 Ada benjolan
 Mual
 Kembung
 Tidak flatus/BAB

F. Penatalaksanaan
 Cito Op untuk hernia inkeserata
 Tindakan operasi: herniatomi dengan basini plasti






Penatalaksanaan
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkaserata dapat secara mekanis berkurang, suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang, penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatkan dengan sabuk, bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan di tempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhan, klien harus cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan.

Penatalaksanaan bedah
Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas urea yang lemah, usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantong hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia di region inguinal biasanya di perbaiki. Saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Beberapa perbaikan sulit dilakukan karena adanya insufisiensi massa otot untuk mempertahankan usus di tempatnya, pada kasus ini graft mata jala tembaga (steal mast=h) digunakan untuk menguatkan area herniasi, klien dengan kesulitan perbaikan biasanya dirawat di rumah sakit 1-2 hari untuk mendapatkan antibiotik profilaksis.


HERNIOTOMY
Pada hernia inguinalis lateralis dilakukan tindakan bedah elektif karena dilakukan terjadi komplikasi.Tindakan bedah pada operasi hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan herniorafi (menjahit kantung hernia) pada bedah elektif maka kanalis dibuka dan isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dimasukkan “Bassini Plasty “ untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat maka prinsipnya seperti bedah elektif, cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat, apakah vital atau tidak, bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis: end to end”. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan rujuk ke RS yang lengkap. Sayatan dilakukan sepanjang 10 cm terbawah antara benjolan, dilakukan perawatan di ruangan.

Masalah kolaboratif / potensial komplikasi
1. Haemorragie
2. Hipovolemia / Shock
3. Eviserasi
4. Dehidrasi
5. Infeksi
6. Retensi urine
7. Tromboflebitis
8. Paralitik Illeus





Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan herniotomi:
1. Nyeri (secara khusus saat mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
Hasil yang diharapkan:
Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator objektif, seperti meringis, tidak ada atau menurun.
Intervensi Keperawatan:
b. Kaji dan dokumentasikan nyeri, beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetus dan metode-metode penghilangan, gunakan skala nyeri dengan pasien, rentangkan ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri paling buruk) laporkan nyeri berat, menetap yang dapat menandakan komplikasi.
c. Beritahu pasien untuk menghindari mengedan, meregang, batuk, dan mengangkat berat, ajarkan pasien untuk menekan insisi dengan tangan atau bantal selama episode batuk, ini secara khusus penting selama periode pasca operasi awal dan selama 6 minggu setelah 6 minggu setelah pembedahan.
d. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan penopang bila diprogramkan dan anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya bila turun di tempat tidur.
e. Berikan atau ajarkan px tentang pemasangan penyokong secara total atau kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia inguinal.
f. Berikan analgetik sesuai program bila diindikasikan secara khusus sebelum aktivitas pasca operasi, gunakan tindakan kenyamanan juga distraksi, interaksi, verbal untuk meningkatkan ekspresi perasaan dan menurunkan ansietas, gosokkan punggung dan teknik penurunan stress, seperti ; latihan relaksasi, dokumentasikan derajat penghilangan yang didapat dengan menggunakan skala nyeri.

2. Retensi perkemihan yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anaestetik selama pembedahan abdomen bawah.
Hasil yang diharapkan:
Dalam 8 – 10 jam pasca pembedahan, px berkemih tanpa kesulitan, keluaran urine 100 ml setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000 – 1500 ml) lebih, periode 24 jam.
Intervensi Keperawatan:
1) Kaji dan dokomentasikan distensi quprapetik atau laporan pasien tentang tidak berkemih
2) Pantau keluaran urine, dokumentasikan dan laporkan berkemih sering kurang 100 ml.
3) Permudah berkemih dg mengimplementasikan intervensi berikut posisikan px pada posisi normal untuk berkemih, biarkan pasien mendengar bunyi air atau tempatkan tangan dalam air hangat, bila tidak efektif coba teteskan air hangat di atas perinium kecuali dikontraindikasikan, metode crede (tekanan diberikan dari umbilikalis s/p suprapubis) dapat digunakan untuk merangsang refleks berkemih.




3. Kurang pengetahuan: Potensial terhadap komplikasi berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
Hasil yang diharapkan:
Setelah instruksi px mengungkapkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi dan memenuhi tindakan yang diprogramkan untuk pencegahan.
Intervensi Keperawatan:
 Ajarkan px untuk waspada dan melaporkan nyeri perut, menetap, mual, muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat memperberat atau strangulasi usus.
 Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi susu atau menggunakan suplemen diet serat untuk mencegah komplikasi. Anjurkan masukkan cairan sedikitnya 2-3 liter/hari untuk meningkatkan konsistensi fesses lunak.
 Ajarkan pasien untuk mekanika tubuh tepat untuk bergerak dan mengangkat.











































ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN : Tn.N
DENGAN HIRNIA INGUINALISDI RUANGAN JAMBRUD . 
RSUD. H. DAMAN HURI BARABAI


I. IDENTITAS KLIEN
Nama : H. Napiah
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : ♂
Status perkawinan : Kamin
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Amuntai
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2005
Dx Medis : H2C

  II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Hamdani
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : ♂
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Amuntai
Hubungan klien : AK

III. KELUHAN UTAMA
 Nyeri di daerah post op di abdumen dextra bawah.

IV. RIWAYAT PENYAKIT 
 A. Penyakit Sekarang
Lebih kurang enam bulan lalu klien merasa adanya pembesaran pada scrutum yang hilang timbul, oleh keluarganya disarankan untuk ke rumah sakit.

B. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut pengakuan klien, klien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.




C. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti yang dialami klien.

  V. PEMERIKSAAN FISIK
 A. Keadaan Umum
Tanggal : 11 – 02 – 05
Kesadaran : cm
Penampilan : tidak ada kelainan

Vital Sign : TD : 120 / 00 mmng
  Nadi : 80 x/mnt
  Respirasi : 28 x/mnt
  Temperatur : 37o C

B. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, tidak terdapat &dema pada kulit, suhu tubuh normal melalui axula 37o C turgur kulit baik (bila dicubit dapat kembali dalam 1-3 detik), tekstur kulit kasar, pada kulit tidak terdapat lesi, terdapat luka post op di daerah abdumen dextra bawah sebanyak 7 jahitan panjangnya lebih kurang 10 cm.

C. Kepala dan Leher
Bentuk simetris, tidak ada nyeri/vertigo pada kepala, tidak ada trauma, tidak ada keterbatasan gerak pada kepala dan leher, tidak ada kesulitan dalam menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroed, warna rambut hitam dan terdapat uban, tidak terdapat ketombe.

D. Penglihatan dan Mata
Bentuk bola mata simetris, tidak ada sekret yang menempel pada mata, fungsi penglihatan cukup baik (klien dapat membaca papan nama perawat, mahasiswa pada jarak 1 meter), gerakan bola mata baik, konjungtiva tidak anemis, skura tidak veterile, repleks pupil terhadap cahaya cukup baik, tidak ada kelainan pada mata, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kaca mata atau lensa kontak).

E. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung simetris, hidung tampak bersih, tidak terdapat sekret, tidak ada perdarahan dan peradangan pada hidung, tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada penyumbatan pada hidung, fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau-bauan (bau alkohol dan bau minyak wangi dengan mata tertutup).




F. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang menempel pada sela-sela gigi, terdapat caries pada gigi geraham kiri dan kanan, fungsi mengunyak baik, klien tidak menggunakan gigi palsu.

G. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetri, pola nafas normal, frekuensi nafas 24x / mnt
H. Abdomen
Keadaan umum simetris, terdapat nyeri tekan hanya pada daerah op (abdumen dextra bawah) bising usus 6x/menit, tidak ada benjolan di perut, gerakan perut seirama dengan gerakan dada.

I. Genetalia dan Reproduksi
Klien mengaku sudah menikah dan mempunyai anak 12 orang, hubungan klien dengan isteri dan anak-anak baik.

J. Ekstremitas atas dan bawah
Keadaan umum tidak ada kelainan, tidak ada dedema dan sianosis, jumlah jari tangan dan kaki lengkap, infus terpasang di tangan kiri, dalam beraktivitas klien dibantu oleh keluarga.

 VI. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, DAN SPIRITUAL
 A. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : klien bekerja seperti biasa, tidur hanya malam hari, tidak ada kesulitan dalam tidur.
Di rumah sakit : aktivitas sangat terbatas dengan skala 2 (0-2) yaitu dengan memerlukan bantuan orang lain, istirahat cukup, tidur malam 6 – 7 jam perhari.
 B. Personal hygiene
Di rumah : klien mandi 2x sehari keramas 2x seminggu.
Di rumah sakit : selama di rumah sakit klien hanya menyeka tubuhnya, gosok gigi 2x sehari, kuku klien tampak bersih dan selama di rumah sakit klien 1x keramas.
 C. Nutrisi
Selama di rumah klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, minumnya 7 – 8 gelas/hari.
Di rumah sakit nafsu makan klien agak kurang, baru boleh minum sedikit-sedikit os baru platus, sehubungan dengan post op.

D. Eleminasi
Di rumah klien BAB 1 – 2 kali sehari pada pagi hari, konsentrasi lembek, warna coklat kekuningan, tidak ada kesulitan dalam BAB. Buang air kecil frekuensi tidak menentu tergantung banyaknya air yang masuk, tidak ada nyeri saat BAK.
Di rumah sakit klien BAB 1 kali sehari tidak ada nyeri saat BAB dan BAK lebih kurang 5x sehari.
E. Seksual
Klien mempunyai 1 orang isteri dan 12 orang anak, hubungan klien dengan isteri dan anak-anak baik (harmonis).

 F. Psikososial
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, keluarga, maupun sesama pasien.

G. Spiritual
Klien beragama Islam, di rumah klien melakukan shalat lima waktu dan shalat sunat lainnya. Sedangkan di rumah sakit klien tidak pernah melaksanakan, namun klien selalu berzikir dan berdo’a atas kesembuhan penyakitnya.

H. Pemeriksaaan Penunjang
EKG, thorax photo, LAB. 08-03-05
EKG : Normal tanggal 08-03-05
LAB : Hb. 14. c/ gr LEOCO : 4160 / mm3. LED. 5/20/.mm/ 1 jam.
Gol : B. GOS : 94 mg

I. Rontgen
J. Obat-obatan / Kolaborasi
Infus RL/os 3:1 28 tts/mnt
Inj Quedex / Infus / 24 jam
Inj tradye / 12 jam IV
Data Focus
. Inspeksi
Tampak luka bekas op pada bagian abdumen kanan bawah ditandai dengan 7 jahitan, panjang luka lebih kurang 10 cm, luka tampak kering, klien masih tampak lemah. Infus terpasang RL 28 tts/mnt di tangan kiri.
. Perkusi
 Terdengar bunyi kedup pada daerah abdumen.
. Auskultasi
 Bising usus terdengar agak lemah 5x/mnt
. Palapasi
 Nyeri tekan daerah abdumen kanan bawah
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri
2. Resiko infeksi


 ANALISA DATA


NO HARI & TANGGAL 
Data subyektif & Obyektif 
Masalah 
Etiologi
1
1. 
Jum’at, 11-03-05 
Do : Wajah klien tampak meringis karena nyeri.
TTV :
TD : 120/80
N : 80x/mnt
R : 28x/mnt
Ds : Tampak luka bekas op sebanyak 7 jahitan, klien mengeluh nyeri daerah bekas op











.  
Nyeri sewaktu klien jalan (walau hanya ke kamar mandi) 
Luka bekas op. (post op hernia)
 
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO HARI & TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
 PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
  TUJUAN TINDAKAN RASIONALISASI  


1.
































2.










 

Jum’at, 11-03-05



























Jum’at, 11-03-05 
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri daerah luka bekas operasi ditandai : 
DO: Wajah klien tampak meringis karena nyeri
TTV: 
- TD 120/80 mmng
- N 80x/mnt
- R.28x/mnt
DS: Klien mengeluh








 nyeri daerah abdumen kanan bawah.
Resiko infeksi s.d. prosedur perawatan post op.


DO: Tampak luka daerah op agak basah ditandai S=37oC.
DS: Klien mengeluh rasa nyeri, kulit lembab, mudah berkeringat. Skala nyeri TK 1-2 (sdg).
 
Rasa nyaman terpenuhi
Nyeri berkurang















Agar tidak terjadi infeksi



 
Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tidak tampak ekspresi nyeri seperti wajah meringis

Skala nyeri 
(1): / tidak nyeri

Atur lingkungan senyaman mungkin









TTVital dalam batas normal
Tidak adanya Pus
Daerah luka tidak merah
Tidak nyeri 
Luka tampak kering



Tidak ada pembengkakan 
Dapat diketahui tingkat perkembangan klien

Dengan posisi nyaman klien dapat beristirahat

Dapat mengurangi rasa sakit 
Mengukur TTV 
TD = 120/80
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 24x/mnt
Suhu : 36,5oC
Mengatur posisi senyaman mungkin
Menganjurkan mengambil nafas panjang bila nyeri
Kolaborasi
Memberikan obat-obatan sesuai order Dokter





Mengukur TTV 


TD = 120/80
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 24x/mnt
Suhu : 36,5oC
Observasi daerah luka
Tindakan septik dan antiseptik

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai order Dokter









 
Klien mengatakan nyeri berkurang 
Klien masih agak lemah
TTV dalam batas normal
Masalah dalam perawatan
Intervensi diteruskan

Tidak adanya pus Luka tidak merah 
Luka tampak kering
 

DAFTAR PUSTAKA

 
Carpenito, L.P. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed.2. Jakarta : EGC.

Komite Keperawatan RSUD Dr. Soedono Madiun. (1999). Penatalaksanaan Pada Kasus Trauma Kepala. Makalah Kegawat daruratan dalam bidang bedah. Tidak dipublikasikan.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Kperawatan). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung. 

2 komentar: